Apakah Stres Berperan dalam Infertilitas?

Apakah Stres Berperan dalam Infertilitas?

Perjalanan menuju kehamilan adalah proses yang tidak selalu mudah dan segera tercapai. Bagi banyak pasangan, kondisi ini memberikan beban psikologis yang begitu tinggi. Tidak hanya itu, berbagai perubahan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, seperti pola aktivitas, media sosial, dan tuntutan pekerjaan juga kian menambah potensi terjadinya stres psikis. Selama ini, konseling dan penanganan masalah kesuburan hanya berfokus pada kondisi medis yang tampak secara langsung pada struktur dan fungsi organ kesuburan. Namun, berbagai faktor dasar yang berkontribusi terhadap gangguan fungsi kesuburan belum banyak menjadi bagian dari konsultasi. Salah satu dari berbagai faktor tersebut yakni peran stres psikologis terhadap kesuburan.

Hubungan antara stres psikologis dan kesuburan adalah hal yang kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami. Dari berbagai penelitian, telah diketahui bahwa terdapat beberapa hubungan antara hormon stres dan gangguan kesuburan pada wanita:

  1. Peningkatan hormon kortisol. Stres psikologis yang dialami dalam waktu lama, atau dikenal sebagai stres kronis, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap metabolisme tubuh wanita. Ketika seseorang mengalami stres, maka tubuh akan mengeluarkan hormon stres yakni kortisol, yang dapat memengaruhi berbagai fungsi organ tubuh, termasuk metabolisme. Kortisol adalah hormon yang dikeluarkan sebagai respon terhadap stres. Peningkatan kadar yang dialami dalam waktu lama akan mengganggu pelepasan hormon kesuburan lainnya seperti estrogen, progesteron, dan gonadotropin. 
  2. Gangguan siklus menstruasi: Ketika terjadi ketidak seimbangan hormon kesuburan, maka dampak utama yang mungkin terjadi adalah terganggunya proses pematangan sel telur, yang kemudian mengganggu siklus menstruasi, haid tidak teratur, atau bahkan tidak terjadinya menstruasi.
  3. Gangguan regulasi hormon testosteron. Hal ini disebabkan oleh menurunnya komponen yang mengikat dan mengatur distribusi hormon testosteron. Hormon testosteron adalah hormon yang secara umum memunculkan karakter maskulin, dan juga dibutuhkan dalam proses pembentukan hormon kewanitaan. Namun, bila pengaturan hormon ini terganggu, maka akan terjadi gangguan haid, kuit berminyak dan mudah berjerawat, serta pertumbuhan rambut yang tidak normal. 
  4. Terganggunya fungsi indung telur (ovarium). Ovarium adalah organ yang berfungsi untuk menghasilkan hormon kewanitaan dan sel telur yang siap dibuahi setiap bulan. Fungsi ovarium sangat ketat diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh otak. Adanya stres kronis dapat menurunkan respon ovarium terhadap hormon tersebut, yang kemudian mengganggu proses pematangan sel telur, menurunkan kualitas sel telur, dan menurunkan kemungkinan terjadinya pembuahan oleh sel sperma. 
  5. Penurunan kadar progesteron. Progesteron adalah hormon yang muncul setelah terlewatinya masa subur, dan meningkat tajam setelah terjadinya kehamilan. Hormon ini penting untuk menjaga perkembangan dan mempertahankan kehamilan. Jika terjadi penurunan kadar progesteron dari normal, makan hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran atau komplikasi dalam kehamilan. 
  6. Gangguan tidur dan siklus harian. Stres kronis dapat mengganggu pola tidur yang disebabkan oleh gangguan psikologis yang terjadi, dan peningkatan hormon kortisol dalam waktu lama. Gangguan tidur akan mengganggu keseimbangan hormon kesuburan, mengganggu metabolisme, gangguan perasaan, berkurangnya energi, dan masalah lainnya.
  7. Penurunan fungsi seksual. Stres kronis dapat menurunkan gairah seksual, frekuensi hubungan seksual, dan kepuasan hubungan seksual. Hal ini kemudian berdampak pada berkurangnya kesempatan terjadi pembuahan, penurunan angka kehamilan, dan lebih jauh lagi mengganggu hubungan intim kedua pasangan. 
  8. Gangguan rahim. Stres kronis dapat memicu terjadinya peradangan pada rongga rahim, mengganggu aliran darah rahim, dan kemudian menciptakan suasana rongga rahim yang tidak optimal untuk terjadinya kehamilan. Hal ini sering kali tidak mendapat perhatian khusus, oleh karena minimnya keluhan terkait kondisi ini. 
  9. Kadar kortisol yang tinggi dapat meningkatkan nafsu makan dan keinginan mengonsumsi makanan berkalori tinggi, terutama yang kaya akan gula dan lemak. Hal ini kemudian berdampak pada penambahan berat badan sekitar area perut. Stres juga dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat secara efektif, yang menyebabkan peningkatan gula darah.

Dari pemaparan di atas, dapat kita pahami bahwa kortisol adalah hormon yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mengatur respon tubuh terhadap stres. Namun, bila terjadi peningkatan abnormal dan jangka panjang, seperti yang terjadi pada beberapa penyakit dan juga stres berkepanjangan, maka hal tersebut justru berdampak negatif terhadap hormon kesuburan. Adalah hal yang penting untuk dipahami, bahwa gangguan kesuburan itu sendiri dapat menyebab tekanan psikologis yang begitu berat bagi kedua pasangan, sehingga terjadi hubungan yang erat antara stres dan infertilitas.

Maka dari itu, bagi wanita yang sedang menghadapi masalah kesuburan dapat melakukan hal-hal berikut ini untuk membantu mengatasi efek negatif dari stres: 

  1. Konseling rutin dengan ahlinya. Menjalani pemeriksaan dan konsultasi dengan ahli di bidang kesuburan juga dapat memberikan pandangan yang lebih menyeluruh dan tuntunan yang tepat untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi. Mendapatkan solusi yang tepat dari ahli yang terpercaya, dapat menurunkan kebingungan akan rencana terapi yang akan dijalani. Hubungan saling percaya antara pasien dan dokter akan lebih jauh menciptakan suasana yang lebih menenangkan bagi pasien, dalam menjalani proses penanganan masalah kesuburan yang sering kali tidak sederhana. 
  2. Meditasi “mindfulness”. Metode ini dapat membantu melatih diri menghadapi tekanan psikis akibat stres jangka panjang. Sehingga, secara tidak langsung akan mendukung tubuh untuk mengembalikan keseimbangan hormon kewanitaan dan fungsi kesuburan. Metode ini kini kian populer dilakukan oleh berbagai usia dan kalangan. 
  3. Olahraga teratur. Menjalani olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang secara teratur di tengah kesibukan dapat membantu mengalihkan stres psikis, menyalurkan perasaan negatif, dan mencegah dampak negatif stres terhadap metabolisme tubuh. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, stres dapat mengganggu metabolisme gula tubuh dan meningkatkan nafsu makan. Olahraga dapat membantu mencegah dan mengatasi masalah tersebut, meningkatkan rasa percaya diri, dan menurunkan tingkat stres.
  4. Teknik relaksasi lainnya. Selain hal di atas, terdapat banyak cara untuk menyalurkan perasaan negatif. Kegiatan itu dapat berupa latihan pernapasan, aktivitas seni, hobi, yoga, dan berbagai hal lain yang dapat memberikan efek relaksasi.