Apakah Usia Wanita Selalu Berkorelasi Dengan “Usia Ovarium”?
Latar Belakang
Kemampuan dalam memproduksi oosit dengan kualitas dan kuantitas yang baik akan menurun seiring dengan bertambahnya usia seorang wanita. Penurunan kemampuan ini berkaitan dengan usia ovarium atau biologis, yang mewakili cadangan ovarium dan responsnya terhadap rangsangan ovarium. Dalam tiga puluh tahun terakhir, rata-rata usia perempuan melahirkan anak pertama meningkat hingga 5 tahun sebagai akibat dari tertundanya pernikahan, tertundanya kontrasepsi, dan meningkatnya ketersediaan teknologi reproduksi berbantu (TRB) atau bayi tabung.1,2,3
Definisi dan hubungan antara usia kronologis wanita dan usia ovarium/biologis
Usia kronologis adalah usia yang ditentukan oleh berjalannya waktu sejak lahir, sementara usia biologis atau usia ovarium diartikan sebagai kapasitas folikel ovarium dalam memproduksi oosit, yang sangat bergantung pada fungsi fisiologis. Penuaan biologis ovarium dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sehingga meskipun usia kronologis merupakan faktor prediktif yang penting terhadap kesuburan dan respons ovarium, ditemukan bahwa usia reproduksi bervariasi antar individu.2,3,4
Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kesuburan wanita menurun dengan lambat dimulai pada usia 30 tahun, yang akhirnya diikuti dengan penurunan yang cepat setelah melewati usia 35 tahun. Faktor menunda kehamilan dan penurunan kesuburan terkait usia telah berakibat terhadap peningkatan jumlah wanita berusia di atas 35 tahun yang menjalani prosedur TRB.4,5,6,7 Hal ini terjadi akibat fungsi reproduksi lebih dipengaruhi oleh usia biologis dibandingkan usia kronologis; cadangan ovarium tampaknya menjadi penanda yang baik untuk usia biologis ovarium.
Cadangan ovarium didefinisikan sebagai kualitas dan kuantitas folikel primordial yang tidak aktif di ovarium.6 Hal ini menentukan potensi ovarium untuk menyediakan sel telur fungsional yang kompeten untuk melakukan pembuahan. Hanya sejumlah kecil folikel primordial yang direkrut untuk berkembang menjadi folikel yang sedang tumbuh yang dipilih untuk ovulasi atau mengalami atresia. Karena sebagian besar folikel yang sedang tumbuh akan menuju apoptosis dan degenerasi, hanya sebagian folikel primordial, yang tersisa dalam keadaan tidak aktif di korteks, yang mencerminkan cadangan ovarium.4,5,6 Saat ini, belum ada pengertian yang seragam dari penurunan cadangan ovarium (diminished ovarian reserve (DOR)), namun kondisi ini dapat kemudian mempengaruhi luaran yaitu kualitas oosit, kuantitas oosit, dan potensi kesuburan seseorang.5
Faktor yang mempengaruhi usia ovarium
Kapasitas kesuburan telah lama diketahui menurun seiring dengan bertambahnya usia kronologis. Selain penuaan alami, kegagalan ovarium prematur (primary ovarian failure (POF)) atau insufisiensi ovarium primer (primary ovarian insufficiency (POI)) didefinisikan sebagai hipogonadisme primer pada wanita sebelum usia 40 tahun, yang ditandai dengan terhentinya folikulogenesis, berkurangnya folikel, dan terganggunya produksi hormon. POF/POI juga dapat menyebabkan penuaan ovarium dini yang bermanifestasi sebagai menopause dini dan infertilitas.7,8
Sampai saat ini, banyak penelitian klinis menunjukkan POF/POI juga dapat dipicu oleh endometriosis dan pengobatannya, membuktikan adanya hubungan antara endometriosis dan penuaan ovarium, terutama pada intervensi bedah, yang sudah dibuktikan pada penelitian pada hewan. Hubungan antara AFC yang lebih rendah dan penurunan kadar AMH juga telah dilaporkan pada penelitian pada wanita yang menjalani operasi pengangkatan lesi endometriosis. Korelasi yang kuat antara adanya endometriosis (dalam berbagai bentuk, termasuk adenomiosis) dan infertilitas telah dilaporkan dalam banyak penelitian sebelumnya untuk mendukung hipotesis bahwa endometriosis sendiri dan pengobatannya mungkin menyiratkan gangguan kuantitatif dan kualitatif pada cadangan ovarium. Disebutkan bahwa faktor selain hiperaktivasi folikel primordial yang tidak aktif, timbulnya POF/POI dapat disebabkan juga oleh akumulasi zat besi, fibrosis, kerusakan DNA, genetika, gangguan folikulogenesis, dan stres oksidatif dari lesi endometriosis.9,10,11
Faktor genetik dan lingkungan juga dapat mempengaruhi usia biologis pada seorang wanita. Pada kebanyakan kasus, penyebab penurunan cadangan ovarium atau DOR tidak diketahui dengan pasti. Belum jelas apakah DOR mewakili suatu kondisi patologis yang diakibatkan oleh atresia yang lebih cepat pada kumpulan oosit normal, atau terjadinya atresia normal pada kumpulan oosit awal yang sangat kecil. Hilangnya oosit dan potensi kesuburan terbukti berhubungan dengan penyakit autoimun, infeksi, paparan kemoterapi sistemik, iradiasi panggul, dan kelainan genetik (misalnya mosaikisme kromosom 45,X, premutasi FMR1). Selain itu, cacat genetik lainnya yang bias terjadi termasuk yang melibatkan mutasi gen tunggal, misalnya pada galaktosemia, juga mikrodelesi/polimorfisme nukelotida tunggal pada beberapa gen juga sudah teridentifikasi.3,4,5 Penurunan cadangan ovarium juga telah dilaporkan berkaitan dengan riwayat merokok.12
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menentukan usia ovarium
Cadangan ovarium yang mewakili usia ovarium/biologis dapat memprediksi keberhasilan pengobatan kesuburan, penurunan dari cadangan ovarium dapat memprediksi awal mula terjadinya penuaan ovarium. Oleh karena itu, penilaiannya sangat penting untuk memantau fungsi ovarium perempuan sedini mungkin.6
Banyak penelitian yang mengevaluasi upaya penuaan ovarium untuk menilai cadangan ovarium. Penanda biologis seperti kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH), inhibin B, estradiol, dan FSH serum telah dievaluasi, dan banyak penelitian telah membandingkan efektivitasnya dengan implikasi klinis untuk memprediksi cadangan ovarium. Jumlah folikel antral basal (FAB), diukur dengan USG transvaginal, dan AMH ditemukan memiliki nilai prediksi yang baik dalam menentukan cadangan ovarium dan lebih unggul daripada FSH dalam mengevaluasi cadangan ovarium lebih awal.2,3,6,7,13,14
Kesimpulan
Proses penuaan reproduksi wanita ditandai dengan adanya perubahan ovarium, dimana hilangnya folikel secara terus-menerus diikuti dengan penurunan kadar estrogen sampai pada akhirnya terhentinya siklus menstruasi. Hilangnya folikel seiring berjalannya waktu saat ini masih paling baik dievaluasi dengan jumlah folikel antral basal dan AMH, meskipun penurunan cadangan ovarium ini mungkin tidak sepenuhnya bisa dijelaskan, baik dari penurunan kualitas dan kuantitas oosit yang terjadi sebelum waktunya.
Usia biologis ovarium lebih penting dibandingkan usia kronologis dalam memprediksi kemungkinan reproduksi seorang wanita. Semakin banyaknya wanita yang baru merencanakan kehamilan di usia lebih dari 35 tahun membuat klinisi harus terus melakukan upaya yang optimal agar penilaian awal dan konseling prognosis dapat diberikan secara tepat dan terarah, juga dapat memberikan terapi yang paling tepat sesuai kondisi pasien agar hasil yang paling baik bisa didapatkan.