Bagaimana Hubungan Olah Raga dengan Keberhasilan Kehamilan?
Untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat selain menerapkan gaya hidup yang sehat dengan pola makan yang baik, mengkonsumsi makanan sehat, mengandung nutrisi seimbang, tidak merokok dan minum alkohol, menghindari kondisi stress, juga harus melakukan olahraga.
Olahraga akan meningkatkan hormon endorfin yang akan membantu mengurangi stress dan meningkatkan aktifitas jantung sehingga menjaga sistem kerja jantung dan pembuluh darah untuk tetap sehat.
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kebugaran tubuh. Olahraga dibagi menjadi tiga kategori : ringan, sedang dan berat. Kategori olahraga disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan masing-masing orang.
Olahraga rutin dapat berdampak pada kesuburan, khususnya tingkat ovulasi pada wanita, meningkatkan aktivitas hormon hipotalamus-hipofisis-gonad, menurunkan kadar insulin dan androgen bebas. Olahraga rutin juga akan mengaktifkan anti-oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.
Olahraga juga secara signifikan menghambat biomarker inflamasi (interleukin-6 dan tumor necrosis factor-α), stres oksidatif (spesies oksigen reaktif dan malondialdehyde), dan antioksidan (superoksida dismutase, katalase, dan kapasitas antioksidan total) dan pada pria perubahan ini diikuti dengan peningkatan yang baik pada parameter semen, integritas DNA sperma, sehingga masing-masing perubahan pada wanita dan pria ini akan meningkatkan keberhasilan kehamilan.
Menghitung indeks massa tubuh (IMT) merupakan langkah pertama dalam menilai bagaimana berat badan dapat mempengaruhi kesuburan, dan juga sebagai dasar untuk mengetahui berapa banyak berat badan yang harus dikurangi atau ditambah selama program kehamilan. IMT yang ideal adalah antara 20 - 25 , dan ada peningkatan risiko infertilitas jika IMT kurang dari 18,5 atau jika lebih dari 30.
Kelebihan berat badan berkaitan dengan kondisi sindrom ovarium polikistik (SOPK) dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon reproduksi, pada wanita akan mengganggu kemampuan untuk berovulasi, di mana menurunkan 5-10 % berat badan akan meningkatkan kesuburan. Berat badan yang kurang juga berdampak pada kesuburan, dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi dan mengganggu siklus menstruasi, menyebabkan tidak terjadi ovulasi dan defek fase lutheal.
Dari penelitian Gudmundsdottir, dkk, tahun 2009 menunjukkan bahwa olahraga berat selama 2 jam setiap minggu menyebabkan kemungkinan 16% lebih kecil untuk hamil, jika berolahraga berat selama 3-4 jam/minggu, menjadi 27% lebih kecil kemungkinan kehamilan, dan jika olahraga berat selama 5 jam dikaitkan dengan penurunan peluang pembuahan sebesar 32%. Sebaliknya, olahraga ringan-sedang meningkatkan kemungkinan hamil; misalnya, aktivitas sedang selama 2 jam setiap minggu meningkatkan kemungkinan kehamilan sebesar 15%.
Olah raga dengan intensitas ringan – sedang yang disarankan pada saat merencanakan kehamilan dilakukan selama 30-60 menit dengan frekuensi 2-5 kali seminggu atau 150 menit/minggu :
Jalan kaki : sangat baik untuk sistem kardiovaskular, membangun daya tahan, berdampak rendah, dan penghilang stres yang baik.
Aerobik : membantu meningkatkan aliran darah dan juga merupakan pembakar kalori yang baik. WHO merekomendasikan latihan aerobik intensitas tinggi setidaknya 150 menit/minggu untuk membantu meningkatkan peluang untuk hamil, dan juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Bersepeda selama 30 menit, tidak disarankan bersepeda yang berat dan lama untuk pria, dimana akan menurunkan kualitas sperma karena bersepeda memberikan tekanan di dalam testis yang tinggi sehingga menyebabkan panas tinggi pada testis sehingga dapat
mengganggu proses pembentukan sperma.Yoga/pilates : untuk melenturkan tubuh dan mengurangi stress, beberapa gerakan khusus dapat membantu melancarkan peredaran darah pada organ reproduksi
Berenang dengan mengatur kecepatan yang paling nyaman : untuk latihan kardio secara menyeluruh tanpa memberikan terlalu banyak tekanan pada persendian.