Pemilihan Bahan-Bahan Skin Care pada Program Kehamilan

Pemilihan Bahan-Bahan Skin Care pada Program Kehamilan

Ketika pasangan suami dan istri menginginkan buah hati dan sedang menjalani program kehamilan, pertimbangan mengenai nutrisi dan suplemen, termasuk kebutuhan nutrisi kulit, adalah hal yang penting. Pasangan yang sedang dalam masa prakonsepsi telah dianggap sama dengan kondisi kehamilan. Namun demikian, industri kosmetik global tidak teregulasi dengan baik dan perizinan keamanan produk belum didaftarkan pada instansi resmi pemerintah. Sehingga banyak produk beredar tidak aman digunakan, mengandung hormon dan mengganggu fertilitas1. Artikel ini akan menyajikan pentingnya pemahaman mengenai bahan bahan kosmetik pengganggu fertilitas atau endocrine-disrupting chemicals (EDCS) dan pemilihan bahan-bahan personal care yang aman untuk digunakan.

Endocrine-Disrupting Chemicals (EDCs) adalah substansi eksogen yang menganggu fertilitas terutama pada konsentrasi hormon reproduksi, serta menyebabkan abnormalitas pada gamet dan embrio dalam periode peri-konsepsi1. Bahan tersebut dapat ditemukan pada produk-produk skin care2. Berikut adalah bahan dasar yang harus dihindari ketika pasangan suami-istri sedang dalam proses program kehamilan:

  1. Agen pencerah kulit (Hydroquinon
    Hydroquinon merupakan salah satu bahan pencerah yang mungkin digunakan untuk mengobati kondisi seperti melasma dan chloasma. Berdasarkan data penelitian bahan tersebut tidak menyebabkan resiko, namun dikarenakan sifatnya menyerap dalam kulit dan jaringan, bahan tersebut disarankan untuk tidak digunakan pada saat menjalani program kehamilan3
  2. Paraben
    Paraben adalah pengawet buatan yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Bahan ini dapat ditemukan di produk pelembab, kosmetik, deodoran yang dapat berpotensi terjadinya diminished ovarian reserve4.
  3. Topical Retinoid
    Perubahan hormon pada saat menjalani program kehamilan dapat menyebabkan perubahan fisiologi kulit. Jerawat merupakan salah satu contohnya. Salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan jerawat adalah topical treatment dengan topical retinoid atau tretinoin. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa penggunaan retinoid dapat menyebabkan retinoid embryopathy. Meskipun dalam penelitian tersebut masih kontroversial namun disaranakan tetap menghindari penggunaan retinoid3.
  4. Chemical Sunscreen
    Tabir surya sangat berperan penting untuk memproteksi kulit dari bahaya paparan sinar matahari dan dapat mencegah melasma. Salah satu bahan berbahaya yang ditemukan pada produk tersebut adalah oxybenzone yang dapat terserap pada aliran darah. Penelitian mengungkapkan bahwa zat tersebut dapat menurukan kadar testosterone darah5.
  5. Bisphenol-A (BPA)
    Bisphenol-A ditemukan untuk melapisi lapisan dalam kemasan produk yang dapat mengkontaminasi produk. Paparan BPA dapat menyebabkan abnormalitas pada neonatal ovarium dan tingginya tingkat aneuploidi6.
  6. Phtalates 
    Phtalates digunakan sebagai bahan kimia untuk plastisisasi produk plastic polyvinyl chloride sedangkan sifat dari bahan tersebut yaitu dapat berpindah dan menguap ke udara sehingga mengontaminasi isi dari produk tersebut7. Phtalates berpotensi sebagai teratogen pada fungsi reproduksi. Pada model uji coba hewan, phtalates ditemukan menyebabkan abnormalitas pada tubulus seminiferous pada pejantan, sedangkan pada betina menyebakan anovulasi dan terdapat kenampakan polycystic pada ovarium6

Substitusi dengan bahan yang aman juga dapat mengurangi gejala perubahan kulit akibat perubahan fisiologi dari kehamilan. Berikut adalah bahan-bahan yang aman untuk digunakan pada program kehamilan:

 Pada masalah hiperpigmentasi, azelaic acid merupakan bahan dengan sifat ganda dapat mencerahkan kulit dan mencegah timbulnya jerawat akibat bakteri Pada penelitian dengan menggunakan uji coba hewan, zat ini tidak menimbulkan bahaya pada fetus. Selain itu, produk topical yang dapat digunakan yaitu arbutin. Zat ini memiliki sifat tidak mudah terabsorbsi pada kulit sehingga aman digunakan untuk program kehamilan. Alpha-hydroxy acids (AHA) digunakan sebagai eksfolian kulit yang relatif aman dengan menyerap ke dalam kulit secara perlahan. Zat ini tidak ditemukan memiliki efek teratogenik pada penelitian uji coba hewan8. Sebagai tambahan, selain digunakan sebagai suplemen makanan, vitamin C dapat ditemukan secara komersial sebagai serum pencerah wajah yang bersifat antioksidan. Vitamin C menghambat proses oksidatif pada saat pembentukan melanin9. Oleh karena itu, zat-zat tersebut dapat digunakan untuk menggantikan hydroquinone

Bahan bahan lain yang relatif aman yang dapat digunakan sebagai bahan skincare yaitu asthaxanthin yang dapat bertindak sebagai agen fotoprotektif, antioksidan dan antiinflamasi10. Sebuah penelitian menujukkan bahwa treatment astaxanthin secara oral dengan dosis 12 mg mencegah kerusakan kulit dan membertahankan kondisi kulit dari lingkungan yang buruk11. Selain itu, niacinamide juga relatif aman digunakan dengan membantu membantu mencegah hiperpigmentasi dengan menghalangi transfer melanosome menjadi keratinocyte. Zat yang merupakan bentuk aktif dari vitamin B3 ini, sangat aman digunakan pada ibu hamil dan menyusui12

Untuk masalah kulit berjerawat, erythomicin dan clindamycin adalah antibiotik umum yang diresepkan pada penderita dengan inflamasi pada jerawat. Dengan kombinasi dengan benzoyl peroxide (BPO), kedua zat ini dapat mencegah resistensi bakteria dan meningkatkan efikasi pengobatan13. Sebagai tambahan, BPO juga aman digunakan karena termetabolisme secara cepat menjadi benzoic acid. Selain itu, azelaic acid juga dapat digunakan untuk pencegahan jerawat karena bersifat antimikrobia8.

Perlindungan kulit dari sinar matahari adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan kulit kita. Paparan sinar ultraviolet secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit, penuaan dini dan meningkatkan resiko kanker kulit, termasuk pada program kehamilan. Pada periode program kehamilan, disarankan untuk mengganti chemical sunscreen yang dapat menyebabkan abrasi kulit dengan physical sunscreen seperti zinc oxide dan titanium dioxide karena tidak terserap oleh kulit dan tidak menyebabkan iritasi8.

Sebagai penutup, pasangan suami-istri yang sedang mencoba untuk hamil harus sadar akan produk produk skin care yang sedang digunakan karena dalam fase ini dianggap seperti sedang dalam periode kehamilan. Jika merasa ragu, pasangan dapat berkonsultasi kepada dokter dan memastikan identitas produk pada website resmi pemerintah Indonesia dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain BPOM, dapat memvalidasi zat-zat yang aman digunakan atau tidak digunakan dapat membuka database Environmental Working Group atau EWG merupakan organisasi yang menyediakan database jenis jenis zat kimia pada produk personal care
 

Dibuat oleh :
Anisa Fatwa, S.Si., M.Biomed
dr. Ni Made Indri Dwi Susanti, Sp.OG Subsp.FER
dr. Sa’da Barira, Sp.DVE, FINSDV
dr. Rizky Amelia

Rumah Sakit Awal Bros Batam

Tags: #promil, #wanita

Kontributor Artikel: Rumah Sakit Awal Bros Batam (Klinik Fertilitas Tunas Bangsa)

Sumber:

  1. Green MP, Harvey AJ, Finger BJ, Tarulli GA. Endocrine disrupting chemicals: Impacts on human fertility and fecundity during the peri-conception period. Environ Res. 2021. 1(94): 194-1106.
  2. Brehm E, Flaws JA. Transgenerational effects of endocrine-disrupting chemicals on Male and female reproduction. Endocrinology. 2019. 160: 1421-1435.
  3. Bozzo P, Chua-Gocheco A, Einarson A. Safety of skin care products during pregnancy. Can Fam Physician. 2011.57(6): 665-667.
  4. Smith KW, Souter I, Dimitriadis I, Ehrlich S, Williams PL, Calafat AM, et al. Urinary paraben concentrations and ovarian aging among women from a fertility center. Environ Health Perspect. 2013. 121(11–12): 1299-1305.
  5. Suh S, Pham C, Smith J, Mesinkovska NA. The banned sunscreen ingredients and their impact on human health: a systematic review. Int J Dermatol. 2020. 59(9): 1033-1042.
  6. Robins JC, Marsit CJ, Padbury JF, Sharma SS. Endocrine disruptors, environmental oxygen, epigenetics and pregnancy. Front Biosci (Elite Ed). 2011. 1(3): 690-700.
  7. Heudorf U, Mersch-Sundermann V, Angerer J. Phthalates: Toxicology and exposure. Int J Hyg Environ Health. 2007. 210(5): 623-634.
  8. Imam BP, Nelva KJ, Nani KD.  Skin changer and safety profile of topical product during pregnancy. J Clin Aesthet Dermatol. 2022. 15(2): 49–57.
  9. Rivers JK. The role of cosmeceuticals in antiaging therapy. Skin Therapy Lett. 2008. 13: 5-9.
  10. Davinelli S, Nielsen ME, Scapagnini G. Astaxanthin in skin health, repair, and disease: A comprehensive review. Nutrients. 2018. 10: 1-12.
  11. Tominaga K, Hongo N, Fujishita M, Takahashi Y, Adachi Y. Protective effects of astaxanthin on skin deterioration. J Clin Biochem Nutr. 2017. 61(1): 33-39. 
  12. Cassiano DP, Espósito ACC, da Silva CN, Lima PB, Dias JAF, Hassun K, et al. Update on Melasma-Part II: Treatment. Dermatol Ther. 2022. 12: 1989-2012. 
  13. Wolverton SE. Comprehensive Dermatologic Drug Therapy. 3rd ed. 2021. 487-504.